Senin, 18 April 2011

Masih abu-abu

Aku tak punya pilihan untuk memilih, cuma bodohnya aja yang masih terus mencoba untuk membuka lembaran baru ya..walaupun juga dengan terpaksa tapi setidaknya aku tidak dungu seperti binatang2 itu. Berpikir demi sebuah cinta yang aku juga tak pernah tau seberapa besar itu, demi sebuah rasa kasih yang tak pernah tau seberapa luas dan rasa sayang yang tak pernah tau juga seberapa dalam dan berharganya dari materi. Kecewa yang amat luar biasa ketika tau pohon pengharapanku yang tumbuh besar tumbang dengan sebuah penghianatan yang luar biasa menghancurkan semua hingga akar2nya, bersisa satu ranting yang ingin kujaga walau belum tau kapan bisa kutanam kembali untuk jadi sebuah pohon pengharapan yang lebih kuat dengan buah2 manis kebanggaan. Apa masih patut kupertahankan???!!!!! Dalam musim badai dan hujan kebencian?????? Itu tak kan pernah ada jawabnya, karna ku juga tau dan sangat memahami seberapa arti masa laluku untuk mereka yang “benar2 mengaku sangat tau diriku”. Hingga puncak tertinggi pencarian jati diriku, ku lampiaskan semua nya tanpa arah, seperti angin  yang Cuma bisa terbang bebas kesana kemari tanpa tujuan, kosong. Tak punya pelampiasan yang lebih berarti dari angan yang masih bersarang di pengharapan terdalam.

Mau menangis????!!!! Percuma, ya.. walau mungkin satu2nya cara untuk melampiaskan tapi tak ada yang pernah merubah suatu keadaan hanya dengan tangis. Jadi harus melarikan diri kapan???????
Aku juga tak pernah temui jawaban seberapa dalam semua ini mempengaruhi hidup yang kupunya, yang ku tau Cuma rasa sakit ketika lembar2 asaku jatuh dan terinjak keadaan, rasa senang sesaat yang berubah jadi duka, rasa yang membuatku ingin sendiri menjauh dari semuanya, rasa yang terlalu ramai hingga sesak yang kudapat diantara kesepian. Tak ada yang lebih baik dari rasa sakit itu. Keadaan itupun perlahan mengajakku membangun sebuah kebencian dalam keramaian suasana riak ombak dipantai hatiku.

Hingga ku sangat menyadari semua ini menikmati diriku bersama jamuan tawa, sedih, sendiri dan airmata yang datang. Ku berusaha menjadikan semuanya baik2 saja dalam badai, jauh disana ternyata tanpa kusadari ku sendiri juga menyaksikan kecamuk hatiku meronta mencari jalan keluar, dan aku menikmati kesendirianku sampai ku tak mampu untuk teriak lagi.
Aku mohon... jangan hentikan aku sekarang...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar